Seiring dengan perkembangan zaman, peran gender dalam keluarga semakin berubah. Salah satu contohnya adalah ayah rumah tangga atau Stay-At-Home Dad (SAHD) yang menjadi pengasuh utama anak-anak di keluarga. Meski tidak selalu menjadi pilihan yang populer, SAHD semakin banyak ditemukan di masyarakat modern.
Peran SAHD adalah bertindak sebagai pengasuh utama bagi anak-anak di keluarga. Meski seringkali ibu menjadi pencari nafkah utama dan bekerja penuh waktu, SAHD memikul tanggung jawab pekerjaan parenting orang tua di rumah dan pendidikan anak di siang hari. Tidak hanya untuk ayah yang sudah menikah, SAHD juga bisa menjadi pilihan bagi ayah yang lajang, bercerai, atau duda yang menjadi single parent.
Dalam pandangan ayah yang tinggal di rumah, mereka dan pasangannya yang menjadi ibu sama-sama memiliki tanggung jawab yang sama dalam mengasuh anak-anak mereka. Peran tradisional ayah yang bekerja dan ibu rumah tangga tidak lagi menjadi satu-satunya pilihan karena adanya perubahan besar dalam peran gender dalam sejarah belakangan ini.

Saat ini, karir seorang ibu dapat memberikan insentif, uang, atau tunjangan yang lebih besar untuk mendorong ibu pergi bekerja sementara ayah di rumah. Namun, terkadang kepribadian ayah yang tinggal di rumah lebih cocok untuk mengasuh anak penuh waktu. Ayah yang tinggal di rumah juga dapat melakukan berbagai pekerjaan paruh waktu atau penuh waktu selain menjadi pengasuh utama anak-anak mereka.
Jadwal sehari-hari SAHD mirip dengan jadwal ibu yang tinggal di rumah dan mencakup berbagai aktivitas tergantung pada usia anak. Pada tingkat dasar, sehari-hari termasuk membersihkan dan memberi makan, tetapi juga dapat mencakup banyak aktivitas lainnya seperti membaca, bermain game, memasak, berkencan, dan jalan-jalan. Namun, kegiatan sehari-hari lainnya sangat bergantung pada struktur keluarga.
Selain menjadi pengasuh utama anak-anak di keluarga, SAHD juga berperan sebagai pendidik utama bagi anak-anak mereka hingga mereka disekolahkan di PAUD atau Taman Kanak-kanak. SAHD juga dapat memutuskan untuk melanjutkan perannya sebagai guru sekolah dasar dan homeschooling anaknya.
Meski SAHD semakin banyak ditemukan di masyarakat modern, masih banyak stigma yang diasosiasikan dengan ayah yang tinggal di rumah. Banyak dari mereka melibatkan anggapan bahwa laki-laki tidak “tangguh” untuk membesarkan anak dengan cara yang sama seperti perempuan. Banyak juga kelompok yang dirancang untuk ibu, seperti kelompok bermain, yang tidak menyukai keterlibatan ayah karena anggapan tersebut. Untuk alasan ini, SAHD mungkin mengalami kesulitan bersosialisasi dan sering mencari organisasi yang mencakup ayah yang tinggal di rumah.